INILAH.COM, Jakarta - Dua peneliti China pernah berhasil memprediksikan terjadinya gempa besar berdasarkan formasi awan. Ilmuwan itu kembali memprediksikan akan terjadi gempa besar pada akhir April. Apakah perlu waspada?
Salah satu ilmuwan itu bekerja di Remote Sensing Center di Nanjing Normal University di Provinsi Jiangsu, timur laut China, Guangmeng Guo menyebut, timnya berhasil mendeteksi awan aneh diatas Iran. Ia memprediksikan akan ada gempa 5.0 hingga 6.0
Richter akhir April mendatang, di selatan Iran.
Menurut Guo, tekanan pada bebatuan sebelum terjadi gempa, menyebabkan ketidakseimbangan gelombang elektromagnetik. Hal itu
menyebabkan formasi awan berubah.
Karakteristik awan ini bisa dilihat dengan satelit dan berfungsi sebagai sistem peringatan dini. "Metode ini bisa digunakan untuk memprediksi lokasi dan kekuatannya, tapi sulit untuk memprediksikan kapan" katanya, kemarin.
Dia bukan satu-satunya orang yang percaya gempa bisa diprediksikan sebelum terjadi. Friedemann Freund, astrochemist tamu di NASA Goddard memiliki teori yang serupa. Bulan lalu seismologist Italian Gioacchino Giuliani memprediksikan gempa akan terjadi. Dan pada 6 April, gempa menerjang l'Aquila dan menewaskan lebih dari 200 orang.
Perkiraan Giuliani berdasarkan konsetrasi gas secara acak, meskipun juga dihubungkan dengan tekanan geologi. Dia dipaksa untuk menghapus
temuannya dari internet, karena pihak berwenang menilai hal itu akan menimbulkan kepanikan.
Lalu apakah ilmuwan benar-benar sudah bisa
memprediksikan akan terjadi gempa besar? Sejauh ini belum. Karena hingga kini belum ada
metode yang terbukti sukses untuk memprediksikan terjadinya gempa, meski dengan tingkat akurasi rendah.
"Sejauh yang kami tahu, tidak ada ilmuwan di manapun di dunia ini yang berhasil memprediksikan gempa. Dalam ukuran secara tepat kapan, dimana dan seberapa besar," kata Brian Baptie, seismologis di British Geological Survey (BGS)
di Edinburgh.
"Kami tahu gempa terjadi di beberapa wilayah dunia. Kami tahu gempa menerjang Italia, di
patahan San Andreas. Namun bisa mengatakan kapan dan seberapa besar gempa akan terjadi masih jauh pada saat ini.
Memprediksi gempa pada saat ini tidak mungkin," imbuhnya.
Beberapa jam setelah gempa menerjang wilayah Abruzzo di Itali, Giampaolo Giuliani teknisi
di National Institute of
Astrophysics melakukan klaim yang tidak biasa. Dia mengatakan telah
memprediksikan gempa itu akan terjadi.
Ia mengatakan telah
memprediksikan gempa itu
berdasarkan emisi gas radon dari bebauan yang stres, namun peringatannya itu tidak
diindahkan oleh pihak berwenang.
Remy Bossu, peneliti di
European-Mediterranean
Seismological Centre (EMSC), mengatakan ide menggunakan radon, gas radio aktif alamiah yang dikeluarkan bebatuan tertentu telah dicoba sejak 1970an. "Namun sejauh ini tidak terbukti berhasil," katanya.
"Harus tahu secara tepat dan diukur. Emisi radon tergantung banyak faktor. Sebagai contoh, jika tekanan atmosfer turun itu mudah bagi radon untuk lolos dari bumi. Karenanya, akan sulit membuat perbandingan tingkat
emisinya," paparnya.
Ia menambahkan banyak orang yang mengamati tingkat radon di dunia. Namun sejauh ini tidak
bisa menghubungkan dengan akan terjadinya gempa, kata Yann Kinger dari Institute for the Physics of the Globe in Paris (IPGP).
Metode prediksi lain yang telah diujicoba adalah menggunakan sensor geo-electric untuk mengukur tingkat elektrik di bebatuan. Memonitor aliran air bawah tanah di wilayah gempa, bahkan mengamati perilaku
binatang untuk mengetahui apakah akan terjadi gempa. Kadang-kadang menunjukkan ada tanda, tapi tidak pernah menjadi sesuatu yang berhasil. Sejauh ini seismologists hanya bisa mengingatkan mengenai wilayah yang tingkat gempanya tinggi dan kemungkinan akan terjadi pergeseran beberapa tahun atau dekade mendatang.
Selain itu gempa hanya
memindahkan energi ke bagian lain bumi dan membuat tekanan yang makin meningkat serta kemungkinan terjadi ledakan di masa mendatang. Efek domino seperti itu terlihat saat gempa 26 Desember 2004 yang menyebabkan tsunami hebat di wilayah Samudera India.
Jadi yang terbaik dalam
menghadapi gempa pada saat ini, adalah meningkatkan standar bangunan dan memberikan edukasi ke masyarakat mengenai risiko gempa. (inilah)
Salah satu ilmuwan itu bekerja di Remote Sensing Center di Nanjing Normal University di Provinsi Jiangsu, timur laut China, Guangmeng Guo menyebut, timnya berhasil mendeteksi awan aneh diatas Iran. Ia memprediksikan akan ada gempa 5.0 hingga 6.0
Richter akhir April mendatang, di selatan Iran.
Menurut Guo, tekanan pada bebatuan sebelum terjadi gempa, menyebabkan ketidakseimbangan gelombang elektromagnetik. Hal itu
menyebabkan formasi awan berubah.
Karakteristik awan ini bisa dilihat dengan satelit dan berfungsi sebagai sistem peringatan dini. "Metode ini bisa digunakan untuk memprediksi lokasi dan kekuatannya, tapi sulit untuk memprediksikan kapan" katanya, kemarin.
Dia bukan satu-satunya orang yang percaya gempa bisa diprediksikan sebelum terjadi. Friedemann Freund, astrochemist tamu di NASA Goddard memiliki teori yang serupa. Bulan lalu seismologist Italian Gioacchino Giuliani memprediksikan gempa akan terjadi. Dan pada 6 April, gempa menerjang l'Aquila dan menewaskan lebih dari 200 orang.
Perkiraan Giuliani berdasarkan konsetrasi gas secara acak, meskipun juga dihubungkan dengan tekanan geologi. Dia dipaksa untuk menghapus
temuannya dari internet, karena pihak berwenang menilai hal itu akan menimbulkan kepanikan.
Lalu apakah ilmuwan benar-benar sudah bisa
memprediksikan akan terjadi gempa besar? Sejauh ini belum. Karena hingga kini belum ada
metode yang terbukti sukses untuk memprediksikan terjadinya gempa, meski dengan tingkat akurasi rendah.
"Sejauh yang kami tahu, tidak ada ilmuwan di manapun di dunia ini yang berhasil memprediksikan gempa. Dalam ukuran secara tepat kapan, dimana dan seberapa besar," kata Brian Baptie, seismologis di British Geological Survey (BGS)
di Edinburgh.
"Kami tahu gempa terjadi di beberapa wilayah dunia. Kami tahu gempa menerjang Italia, di
patahan San Andreas. Namun bisa mengatakan kapan dan seberapa besar gempa akan terjadi masih jauh pada saat ini.
Memprediksi gempa pada saat ini tidak mungkin," imbuhnya.
Beberapa jam setelah gempa menerjang wilayah Abruzzo di Itali, Giampaolo Giuliani teknisi
di National Institute of
Astrophysics melakukan klaim yang tidak biasa. Dia mengatakan telah
memprediksikan gempa itu akan terjadi.
Ia mengatakan telah
memprediksikan gempa itu
berdasarkan emisi gas radon dari bebauan yang stres, namun peringatannya itu tidak
diindahkan oleh pihak berwenang.
Remy Bossu, peneliti di
European-Mediterranean
Seismological Centre (EMSC), mengatakan ide menggunakan radon, gas radio aktif alamiah yang dikeluarkan bebatuan tertentu telah dicoba sejak 1970an. "Namun sejauh ini tidak terbukti berhasil," katanya.
"Harus tahu secara tepat dan diukur. Emisi radon tergantung banyak faktor. Sebagai contoh, jika tekanan atmosfer turun itu mudah bagi radon untuk lolos dari bumi. Karenanya, akan sulit membuat perbandingan tingkat
emisinya," paparnya.
Ia menambahkan banyak orang yang mengamati tingkat radon di dunia. Namun sejauh ini tidak
bisa menghubungkan dengan akan terjadinya gempa, kata Yann Kinger dari Institute for the Physics of the Globe in Paris (IPGP).
Metode prediksi lain yang telah diujicoba adalah menggunakan sensor geo-electric untuk mengukur tingkat elektrik di bebatuan. Memonitor aliran air bawah tanah di wilayah gempa, bahkan mengamati perilaku
binatang untuk mengetahui apakah akan terjadi gempa. Kadang-kadang menunjukkan ada tanda, tapi tidak pernah menjadi sesuatu yang berhasil. Sejauh ini seismologists hanya bisa mengingatkan mengenai wilayah yang tingkat gempanya tinggi dan kemungkinan akan terjadi pergeseran beberapa tahun atau dekade mendatang.
Selain itu gempa hanya
memindahkan energi ke bagian lain bumi dan membuat tekanan yang makin meningkat serta kemungkinan terjadi ledakan di masa mendatang. Efek domino seperti itu terlihat saat gempa 26 Desember 2004 yang menyebabkan tsunami hebat di wilayah Samudera India.
Jadi yang terbaik dalam
menghadapi gempa pada saat ini, adalah meningkatkan standar bangunan dan memberikan edukasi ke masyarakat mengenai risiko gempa. (inilah)
Ingin mendapat Berita seperti ini langsung ke Email anda?
Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan Berita Tekno!
Silahkan masukan alamat email anda untuk berlangganan Berita Tekno!
Postkan Komentar
Checklist Tombol 'Post to Facebook' Untuk Mendapatkan Balasan Komentar Anda!